Desa Tertinggal, Perpustakaan Ikut Serta Mengejar dan Mengajar

Kamis, 04 Juli 2024 0 Comments

Tema : Pemberdayaan Ekonomi Daerah

Image by Heri Santoso from Pixabay


Desa Tertinggal
 

Desa yang tertinggal biasanya belum memiliki infrastruktur dan ekonomi yang baik. Tetapi ada desa palsu yang justru malah menjadikan desa lain tetap tertinggal, dan tidak bergerak maju. Ada juga desa yang sebenarnya sudah berkembang, tetapi kepala desanya tetap datang ke pemerintah, masih merasa bahwa desanya tertinggal.


Desa palsu, ada nama tapi tanpa penduduk. Demi mendapatkan dana dari pemerintah. Desa baru dibuat dengan laporan, tapi tidak ada penduduknya dan tak jelas lokasinya. Desa baru tersebut tentunya untuk mendapatkan alokasi dana desa dari pemerintah.

 

Padahal dana desa ditujukan untuk mendorong kemajuan perekonomian desa sehingga bisa mandiri dan berdikari. Diimplemetasikan sejak tahun 2015 untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan ekonomi desa. Tapi nyatanya masih ada banyak hambatan.

 

APBN yang dialokasikan khusus untuk dana desa, setiap tahunnya selalu meningkat. Dari 2015 sejumlah 20,8 triliun.

2016 = 46,7 triliun.

2017 = 59,8 triliun.

2018 = 59,9 triliun,

2019 = 70 triliun.

Dan untuk 2020 sejumlah 72 triliun.

 

Masalah dari alokasi dana desa selain desa palsu ialah dominasi pemanfaatan dana yang terlalu berfokus pada infrastruktur. Kemudian keterlambatan penyaluran dana desa di setiap tahapannya. Sebab dana desa yang diberikan pemerintah, akan diberikan berjenjang dan bertahap, hingga akhirnya sampai ke desa. Lalu terakhir, pemanfaatan dana desa yang belum sesuai prioritas, dan tentunya minim kreativitas.

 

Perpustakaan Desa

 

Tentunya kita ingin sebagai masyarakat, agar dana desa bisa tepat sasaran. Dana desa dalam hal ini dapat dialokasikan sebagian kecil, untuk membangun perpustakaan desa. Perpustakaan desa yang seharusnya bertujuan untuk menggerakkan ekonomi desa, jadi tidak hanya kemudian mengentaskan buta aksara dan menajamkan literasi saja. Sebab ketika ada stabilitas ekonomi, maka literasi dapat menyusul.

 

Karena perpustakaan dalam hal ini memang dianggap sebagai tempat yang memiliki jarak dengan masyarakat. Padahal perpustakaan bisa saja dekat dengan masyarakat. Yang saya maksudkan bukan Taman Baca Masyarakat (TBM), tetapi perpustakaan desa.

 

Karena perpustakaan dalam hal ini selain memberi pembelajaran, mendapat pengetahuan, juga untuk pengentasan kemiskinan. Dan hal ini masih belum banyak dilakukan. Padahal jumlah desa tertinggal di Indonesia masih lebih dari 12.000 desa.

 

Peran Perpustakaan

 

Perpustakaan seharusnya mampu mengajak masyarakat untuk bersama-sama membangun ekonomi desa. Masyarakat Indonesia berasaskan gotong royong. Bagaimana kemudian perpustakaan sebagai lembaga nirlaba, lembaga yang tidak mengutamakan keuntungan ekonomi, bisa menggerakkan ekonomi masyarakat.

 

Hal ini tentu saja tak lantas mengubah status perpustakaan sebagai lembaga nirlaba. Sebab memang tujuan dari perpustakaan adalah meningkatkan literasi, dan bisa memberdayakan masyarakat dari segi pengetahuan. Dan bahkan dari segi ekonomi.

 

Pustakawan sebagai penyampai pesan atau informasi dari sebuah buku. Masyarakat bisa belajar bersama, untuk mendapatkan pemahaman mengenai isi buku. Tetapi hal ini saja lantas tidaklah cukup. Masyarakat perlu mendapatkan keterampilan yang bisa menaikkan produktivitasnya menghasilkan alat tukar.

 

Misalnya perpustakaan mengadakan acara pelatihan, bagaimana masyarakat belajar cara membuat batik ataupun baju dengan desain yang menarik. Belajar dari sebuah buku, yang tentunya tidak mereka mengerti. Maka pustakawan bisa mengundang ahli di bidangnya, seperti desainer ataupun pengusaha yang memiliki pengalaman. Sehingga dari sisi konsep dan implementasi, masyarakat bisa memahami akan hal itu. Jangan hanya berfokus pada konsep. Masyarakat membutuhkan bahasa yang mudah dipahami, yang sesuai dengan kehidupannya sehari-hari.

 

Jadi disini perpustakaan meningkatkan keterampilan masyarakat dengan cara mengundang yang ahli di bidangnya untuk mengajar masyarakat, sehingga terciptanya pemberdayaan masyarakat. Masyarakat akhirnya mempunyai keterampilan.

 

Masyarakat yang tidak memiliki keterampilan, sebab akses terhadap pendidikan yang belum terhubung dengan baik. Dan pendidikan tidak hanya ada di kelas saja, pendidikan bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun.

 

Selain ekonomi yang meningkat, masyarakat juga akan peduli terhadap perpustakaan yang telah membantu mereka. Karena dukungan masyarakat itu penting. Perlunya kepedulian dan partisipasi masyarakat, yang ditumbuhkan dari dan oleh perpustakaan.

 

Jadi pustakawan bergerak dinamis dimana dalam hal ini, yakni memiliki visi untuk memberdayakan masyarakat. Dengan tujuan konkretnya untuk menghapus pengangguran, dan meningkatkan literasi masyarakat.

 

Dengan pembelajaran yang diberikan oleh perpustakaan desa, maka pemikiran masyarakat akan lebih terbuka. Dan tentunya keputusan yang dilakukan oleh masyarakat akan lebih bijak. Keputusan masyarakat akan menjadi lebih baik dengan adanya pengetahuan yang cukup.

 

Bagaimana kemudian perpustakaan desa bisa menyentuh rakyat? Mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bekerja sama dalam meningkatkan ekonomi bersama. Sehingga persepsi perpustakaan itu hanya kumpulan buku, akan berubah dengan sendirinya. Sebab ternyata perpustakaan itu dekat, dan  bisa mendukung masyarakat dari sisi ekonomi.

 

Daftar Bacaan

  • Mardi Yatmo Hutomo. Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi: Tinjauan Teoritik dan Implementasi. Link: https://www.bappenas.go.id/files/2913/5022/6062/mardi__20091015151035__2384__0.pdf


Jika ada kritik, saran, pertanyaan dapat dikirimkan ke email aldirahman108@gmail.com.

0 Comments:

Posting Komentar

Tolong menggunakan bahasa yang baku dan tanpa singkatan, terima kasih.

 

©Copyright 2011 Suka Narasi | TNB