Tema : Pemberdayaan Ekonomi Daerah
Desa Tertinggal
Desa yang tertinggal biasanya belum memiliki infrastruktur dan ekonomi yang baik. Tetapi ada desa palsu yang justru malah menjadikan desa lain tetap tertinggal, dan tidak bergerak maju. Ada juga desa yang sebenarnya sudah berkembang, tetapi kepala desanya tetap datang ke pemerintah, masih merasa bahwa desanya tertinggal.
Desa
palsu, ada nama tapi tanpa penduduk. Demi mendapatkan dana dari
pemerintah. Desa baru dibuat dengan laporan, tapi tidak ada penduduknya dan tak
jelas lokasinya. Desa baru tersebut tentunya untuk mendapatkan alokasi dana
desa dari pemerintah.
Padahal
dana desa ditujukan untuk mendorong kemajuan perekonomian desa sehingga bisa
mandiri dan berdikari. Diimplemetasikan sejak tahun 2015 untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan ekonomi desa. Tapi nyatanya masih ada banyak
hambatan.
APBN
yang dialokasikan khusus untuk dana desa, setiap tahunnya selalu meningkat. Dari
2015 sejumlah 20,8 triliun.
2016
= 46,7 triliun.
2017
= 59,8 triliun.
2018
= 59,9 triliun,
2019
= 70 triliun.
Dan
untuk 2020 sejumlah 72 triliun.
Masalah
dari alokasi dana desa selain desa palsu ialah dominasi pemanfaatan dana yang
terlalu berfokus pada infrastruktur. Kemudian keterlambatan penyaluran dana
desa di setiap tahapannya. Sebab dana desa yang diberikan pemerintah, akan
diberikan berjenjang dan bertahap, hingga akhirnya sampai ke desa. Lalu terakhir,
pemanfaatan dana desa yang belum sesuai prioritas, dan tentunya minim
kreativitas.
Perpustakaan Desa
Tentunya
kita ingin sebagai masyarakat, agar dana desa bisa tepat sasaran. Dana desa
dalam hal ini dapat dialokasikan sebagian kecil, untuk membangun perpustakaan
desa. Perpustakaan desa yang seharusnya bertujuan untuk menggerakkan ekonomi
desa, jadi tidak hanya kemudian mengentaskan buta aksara dan menajamkan
literasi saja. Sebab ketika ada stabilitas ekonomi, maka literasi dapat
menyusul.
Karena
perpustakaan dalam hal ini memang dianggap sebagai tempat yang memiliki jarak
dengan masyarakat. Padahal perpustakaan bisa saja dekat dengan masyarakat. Yang
saya maksudkan bukan Taman Baca Masyarakat (TBM), tetapi perpustakaan desa.
Karena
perpustakaan dalam hal ini selain memberi pembelajaran, mendapat
pengetahuan, juga untuk pengentasan kemiskinan. Dan hal ini masih belum banyak
dilakukan. Padahal jumlah desa tertinggal di Indonesia masih lebih dari 12.000
desa.
Peran Perpustakaan
Perpustakaan
seharusnya mampu mengajak masyarakat untuk bersama-sama membangun ekonomi desa.
Masyarakat Indonesia berasaskan gotong royong. Bagaimana kemudian
perpustakaan sebagai lembaga nirlaba, lembaga yang tidak mengutamakan keuntungan
ekonomi, bisa menggerakkan ekonomi masyarakat.
Hal
ini tentu saja tak lantas mengubah status perpustakaan sebagai lembaga nirlaba.
Sebab memang tujuan dari perpustakaan adalah meningkatkan literasi, dan bisa
memberdayakan masyarakat dari segi pengetahuan. Dan bahkan dari segi ekonomi.
Pustakawan
sebagai penyampai pesan atau informasi dari sebuah buku. Masyarakat bisa
belajar bersama, untuk mendapatkan pemahaman mengenai isi buku. Tetapi hal ini
saja lantas tidaklah cukup. Masyarakat perlu mendapatkan keterampilan yang bisa
menaikkan produktivitasnya menghasilkan alat tukar.
Misalnya
perpustakaan mengadakan acara pelatihan, bagaimana masyarakat belajar cara
membuat batik ataupun baju dengan desain yang menarik. Belajar dari sebuah buku,
yang tentunya tidak mereka mengerti. Maka pustakawan bisa mengundang ahli di
bidangnya, seperti desainer ataupun pengusaha yang memiliki pengalaman.
Sehingga dari sisi konsep dan implementasi, masyarakat bisa memahami akan hal
itu. Jangan hanya berfokus pada konsep. Masyarakat membutuhkan bahasa yang
mudah dipahami, yang sesuai dengan kehidupannya sehari-hari.
Jadi
disini perpustakaan meningkatkan keterampilan masyarakat dengan cara mengundang
yang ahli di bidangnya untuk mengajar masyarakat, sehingga terciptanya
pemberdayaan masyarakat. Masyarakat akhirnya mempunyai keterampilan.
Masyarakat
yang tidak memiliki keterampilan, sebab akses terhadap pendidikan yang belum
terhubung dengan baik. Dan pendidikan tidak hanya ada di kelas saja, pendidikan
bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun.
Selain
ekonomi yang meningkat, masyarakat juga akan peduli terhadap perpustakaan yang
telah membantu mereka. Karena dukungan masyarakat itu penting. Perlunya
kepedulian dan partisipasi masyarakat, yang ditumbuhkan dari dan oleh
perpustakaan.
Jadi
pustakawan bergerak dinamis dimana dalam hal ini, yakni memiliki visi untuk
memberdayakan masyarakat. Dengan tujuan konkretnya untuk menghapus pengangguran,
dan meningkatkan literasi masyarakat.
Dengan
pembelajaran yang diberikan oleh perpustakaan desa, maka pemikiran masyarakat
akan lebih terbuka. Dan tentunya keputusan yang dilakukan oleh masyarakat akan
lebih bijak. Keputusan masyarakat akan menjadi lebih baik dengan adanya pengetahuan
yang cukup.
Bagaimana
kemudian perpustakaan desa bisa menyentuh rakyat? Mengajak seluruh elemen
masyarakat untuk bekerja sama dalam meningkatkan ekonomi bersama. Sehingga
persepsi perpustakaan itu hanya kumpulan buku, akan berubah dengan sendirinya.
Sebab ternyata perpustakaan itu dekat, dan bisa mendukung masyarakat
dari sisi ekonomi.
Daftar Bacaan
- Mardi Yatmo Hutomo. Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi: Tinjauan Teoritik dan Implementasi. Link: https://www.bappenas.go.id/files/2913/5022/6062/mardi__20091015151035__2384__0.pdf