Merespon Rasa Marah

Selasa, 27 Agustus 2024 0 Comments

 Ketika kita marah atau dimarahi, respon kita menjadi penting. Kalau sama-sama marah akan sulit. Bisa bikin repot juga. Kalau yang satu marah dan satu lagi agak tenang bisa jadi lebih cepat selesai. Dan menyimpan dendam tidak baik. Kadang masih suka kesel dan marah hingga terbawa tidur.

Menyimpan dendam memang otomatis terjadi ketika marah, takut, luapan emosi yang tidak terkontrol lagi. Bisa saja menjadi trauma dan memori sedih yang disimpan begitu lama, tidak dibuang-buang. Disimpan untuk kemudian mengingatkan akan kekesalan itu. 

Kalau ada yang bercanda, dibilang jangan baperlah, bercanda doang kali. Justru karena manusia punya hati dan perasaan, jadinya marah, kesal, emosi. Sebab bercandanya melewati batas. Sabar menahan amarah ada batasnya bagi sebagian orang.

Siapa lagi yang bukan mengontrol dan mempengaruhi diri selain diri kita sendiri. Kalau kita menyerah dengan diri kita, menyerah dengan nasib kita, atau apapun itu, maka kita akan sulit bergerak. Daripada menyimpan kemarahan yang begitu lama, mending menyerah saja. Padahal bukan demikian. Tidak perlu melakukan apa-apa, selain menerima diri sendiri. Merasakan kemarahan yang begitu dalam. Kebencian akan begitu banyak hal. Daripada memaksakan keyakinan pada hal yang kita benci. Lalu hanya diam, dan enggan menerimanya, melewatkannya saja. Apakah hal itu yang memang kita inginkan? Mengendalikan kemarahan bukan hal mudah, tapi bukan berarti tidak bisa. Semoga kita diberikan kemampuan untuk mengendalikan diri kita.

0 Comments:

Posting Komentar

Tolong menggunakan bahasa yang baku dan tanpa singkatan, terima kasih.

 

©Copyright 2011 Suka Narasi | TNB